Kamis, 04 Oktober 2012

CERPEN-MENGENANGMU


Mengenangmu
ku duduk di teras rumah, sambil memakan kue lapis yang dibuatkan ibuku. Angin bertiup sepoi-sepoi, membuat sehelai daun mangga yang kering terjatuh ke permukaan bumi. Mendengar sebuah lagu yang dapat menemaniku. Aku ingat ketika aku masih bersamanya. Berbagi suka dan duka dimasa lalu, tapi kini itu hanya tinggal kenangan. Tepatnya tiga tahun yang lalu, akibat kebakaran itu, dia meninggalkanku sendiri bersama semua kenangan yang terjalin diantara kami. Tak lama kemudian aku meminta izin untuk pergi berjalan-jalan disekitar kompleks rumah.
“Bu…..!! Galih mau keluar dulu yah?” kataku sambil berteriak.
“Iyaa….!! Tapi jangan pulang telat ya?”
“Iya bu, Galih gak akan pulang telat kok”.
Aku memulai langkahku, membuka pagar besi lalu menuju rumah Feby. Aku kembali terdiam dan terhenti saat mengingatnya, “Feby….. semoga kamu tenang di alam sana.” kataku dalam hati. Aku melihat ibu dan ayah Feby akan pindah rumah, aku langsung berlari menghampirinya.
“Tante… tante mau pergi kemana?” kataku
“Tante mau pindah nak, karena ayah Feby pindah tugas ke Denpasar .”
“Kalau gitu, Galih pergi dulu ya, tante hati-hati di jalan.”
“Iya nak.” Kata Ibu Feby sambil menaikkan barang ke mobil.

Aku melanjutkan perjalanan. Kini aku berada di pantai itu, tempat dimana aku pertama mengenalnya. Sungguh indah masa-masa itu. Dari kejauhan aku melihat seorang gadis yang sangat mirip dengan Feby, aku berlari dan menghampirinya.
“Feby……!!” teriak sambil berlari.
Gadis itu membalikkan badannya.
“Kamu memanggil aku?” katanya.
“Maaf, ternyata aku salah orang.” Kataku sembari meninggalkannya
“Heeyy… jangan pergi dulu!” katanya sambil berteriak padaku.
Aku berbalik dan mendekatinya.
“Ada apa?” kataku.
“Aku hanya ingin berkenalan, namaku Vira. Kalau kamu?”
“Namaku Galih!” kataku
“Kamu kenapa? Kok cemberut.”
“Ini gara-gara kamu.” kataku.
“Lah kenapa kok aku? Padahal baru tadi kita kenalan.” katanya membentakku
“………….”. Aku hanya diam dan menatapnya
Dia langsung memukul pundakku.
“Heeii,,, jangan suka melamun. Melamun itu tidak baik.”

“Aku tidak sedang melamun, ayo kita jalan-jalan di sekitar pantai ini, nanti aku ceritakan padamu.”
Di perjalanan aku menceritakan semua tentang Feby. Kelihatannya dia juga mencermati apa yang aku ceritakan. Setelah itu aku hanya terdiam, sungguh aku sangat merindukan Feby. Mengenang semua yang terjadi di masa lalu. Seandainya kebakaran itu tidak terjadi, mungkin Feby sekarang berjalan bersamaku berjalan di pantai yang indah ini.
“Kenapa kamu kok diam?” Tanya Vira kepadaku.
“Oh, tidak apa-apa.” kataku.
“Pasti kamu sedang mengingat dia kan? Aku tahu bagaimana perasaan kamu.” Kata Vira menyemangatiku.
“Uuuh, kamu sotoi deh, aku tidak sedang memikirkannya”. Kataku dengan sedikit tersenyum.
“Uuuh aku dikatain sotoi, tapi pada kenyataannya kamu sedang memikirkannya. Tapi, maaf yah aku sudah mengingatkan kamu dengan dia.” Katanya sambil menunduk.
Kini sang mentari akan kembali ke peraduannya. Hari semakin gelap, aku mengakhiri pembicaraanku dengannya.
“Aku pulang dulu yah.” kataku.“Iya, aku juga mau pulang kok.” Jawab Vira kepadaku.
“Ohh yah, aku tunggu kamu besok di jam yang sama disini, ok?” Pintaku padanya.
“Ok…..”
*****
Keesokan harinya, aku berjalan menuju pantai. Ternyata dia menungguku, karena aku datang terlambat. Aku langsung menyapanya.
“Hai.. sudah lama disini?”
“Nggak juga, kenapa terlambat?” omelnya.
“Maaf Vir, aku tadi mempunyai tugas dari ibu, yah maklumlah inikan lagi libur sekolah.”
“Maukah kamu menemaniku, aku hanya seminggu disini. Aku disini hanya sedang  berlibur dirumah paman dan bibiku.” pinta Vira kepadaku.
“Waah asyik tuh, baiklah aku akan menemanimu.” kataku sambil tersenyum.
“Ok, kita sekarang mau ke mana?” katanya.
“Bagaimana kalau kita keliling kota ini dengan mengendarai sepeda.”
“Seru juga tuh, tapi aku tidak mempunyai sepeda.”
“Aku punya dua, ayo ke rumahku”.

Kami berjalan ke rumahku sambil bercanda, aku merasa dia mirip dengan Feby. Keceriannya membuatku dapat ceria kembali. Aku kembali mengenang masa laluku bersama Feby. Aku tidak bisa terlepas dari kenangan itu, walaupun itu sudah berlalu. Tapi, itu sangat berarti bagiku ketika aku bersama Feby.
Sesampainnya dirumah aku langsung ke garasi di samping rumahku untuk mengambil sepeda. Sepeda itu sudah lama aku tidak pakai. Sebelum memakainya, aku membersihkan sepeda tersebut karena sudah banyak debu yang melekat. Setelah itu aku mengajaknya,
“Vir… ayo lekas ke sini, sepedanya sudah siap!!” sambil mengusap keringat yang bercucuran.
Kami langsung keluar kompleks dan menuju tempat-tempat menarik di kota ini. Kami menikmati perjalanan kami ini, aku tertawa bersama sambil menaiki sepeda mengelilingi kota.
*****
Seminggu telah berlalu,  hari ini Vira akan kembali ke Jakarta. Aku pergi ke rumahnya, jaraknya sekitar dua blok dari rumahku. Aku melihat dia akan naik ke mobil. Aku langsung berteriak.
“Vir.. tunggu”, teriakku.
Dia mengurungkan niatnya naik ke mobil dan menuju ke arahku, tak ku sangka ia langsung memeluk aku dengan erat sambil meneteskan air mata.
“Vir, kenapa nangis? Kita kan bisa ketemu lagi.
“Aku sangat berterima kasih kepadamu, karena kamu telah memberi pengalaman yang baru kepadaku.”
“Nih.. kamu pakai terus yah agar kamu bisa selalu ingat aku.” Sambil memberikan gelang yang aku buat sendiri.
“Iya aku akan selalu memakai ini kok.”
“Kalau begitu, cepat sana naik ke mobil.” katanya sambil tersenyum.
“Baiklah, liburan sekolah semester depan aku tunggu kamu di tempat kita pertama bertemu yah?” Sambil menuju ke mobil.
“Ok, aku janji.”
Mobil yang ia pakai mulai berjalan meninggalkanku, aku melambaikan tangan kearahnya. Setelah itu mobil telah jauh dan tak terlihat lagi. Aku kembali berjalan pulang ke rumah sambil mengenang semua yang terjadi bersama Vira. Sunguh masa-masa yang menyenangkan saat bersamanya. Aku sangat berterimakasih kepadamu Tuhan karena telah memberiku teman baru yang baik hati.

-Selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate

Blogroll

Blogger templates

Blogger news