Mengenangmu
ku duduk di teras
rumah, sambil memakan kue lapis yang dibuatkan ibuku. Angin bertiup
sepoi-sepoi, membuat sehelai daun mangga yang kering terjatuh ke permukaan
bumi. Mendengar sebuah lagu yang dapat menemaniku. Aku ingat ketika aku masih
bersamanya. Berbagi suka dan duka dimasa lalu, tapi kini itu hanya tinggal
kenangan. Tepatnya tiga tahun yang lalu, akibat kebakaran itu, dia
meninggalkanku sendiri bersama semua kenangan yang terjalin diantara kami. Tak
lama kemudian aku meminta izin untuk pergi berjalan-jalan disekitar kompleks
rumah.
“Bu…..!! Galih mau keluar dulu
yah?” kataku sambil berteriak.
“Iyaa….!! Tapi jangan pulang telat
ya?”
“Iya bu, Galih gak akan pulang
telat kok”.
Aku memulai langkahku,
membuka pagar besi lalu menuju rumah Feby. Aku kembali terdiam dan terhenti
saat mengingatnya, “Feby….. semoga kamu tenang di alam sana.” kataku dalam
hati. Aku melihat ibu dan ayah Feby akan pindah rumah, aku langsung berlari
menghampirinya.
“Tante… tante mau pergi kemana?”
kataku
“Tante mau pindah nak, karena ayah
Feby pindah tugas ke Denpasar .”
“Kalau
gitu, Galih pergi dulu ya, tante hati-hati di jalan.”
“Iya nak.” Kata Ibu Feby sambil
menaikkan barang ke mobil.
Aku melanjutkan perjalanan. Kini aku berada di pantai itu, tempat dimana aku pertama mengenalnya. Sungguh indah masa-masa itu. Dari kejauhan aku melihat seorang gadis yang sangat mirip dengan Feby, aku berlari dan menghampirinya.
“Feby……!!” teriak sambil berlari.
Gadis
itu membalikkan badannya.
“Kamu memanggil aku?” katanya.
“Maaf, ternyata aku salah orang.”
Kataku sembari meninggalkannya
“Heeyy… jangan pergi
dulu!” katanya sambil berteriak padaku.
Aku berbalik dan mendekatinya.
Aku berbalik dan mendekatinya.
“Ada apa?” kataku.
“Aku
hanya ingin berkenalan, namaku Vira. Kalau kamu?”
“Namaku Galih!” kataku
“Kamu kenapa? Kok cemberut.”
“Ini gara-gara kamu.” kataku.
“Lah kenapa kok aku? Padahal baru
tadi kita kenalan.” katanya membentakku
“………….”. Aku hanya diam dan
menatapnya
Dia
langsung memukul pundakku.
“Heeii,,, jangan
suka melamun. Melamun itu tidak baik.”
“Aku tidak sedang
melamun, ayo kita jalan-jalan di sekitar pantai ini, nanti aku ceritakan
padamu.”
Di
perjalanan aku menceritakan semua tentang Feby. Kelihatannya dia juga
mencermati apa yang aku ceritakan. Setelah itu aku hanya terdiam, sungguh aku
sangat merindukan Feby. Mengenang semua yang terjadi di masa lalu. Seandainya
kebakaran itu tidak terjadi, mungkin Feby sekarang berjalan bersamaku berjalan
di pantai yang indah ini.
“Kenapa
kamu kok diam?” Tanya Vira kepadaku.
“Oh,
tidak apa-apa.” kataku.
“Pasti kamu sedang mengingat dia kan?
Aku tahu bagaimana perasaan kamu.” Kata Vira menyemangatiku.
“Uuuh, kamu sotoi deh, aku tidak sedang
memikirkannya”. Kataku dengan sedikit tersenyum.
“Uuuh aku dikatain sotoi, tapi pada kenyataannya kamu sedang memikirkannya. Tapi, maaf yah aku sudah mengingatkan kamu dengan dia.” Katanya sambil menunduk.
“Uuuh aku dikatain sotoi, tapi pada kenyataannya kamu sedang memikirkannya. Tapi, maaf yah aku sudah mengingatkan kamu dengan dia.” Katanya sambil menunduk.
Kini
sang mentari akan kembali ke peraduannya. Hari semakin gelap, aku mengakhiri
pembicaraanku dengannya.
“Aku
pulang dulu yah.” kataku.“Iya, aku juga mau pulang kok.” Jawab Vira kepadaku.
“Ohh
yah, aku tunggu kamu besok di jam yang sama disini, ok?” Pintaku padanya.
“Ok…..”
*****
Keesokan
harinya, aku berjalan menuju pantai. Ternyata dia menungguku, karena aku datang
terlambat. Aku langsung menyapanya.
“Hai.. sudah
lama disini?”
“Nggak juga,
kenapa terlambat?” omelnya.
“Maaf Vir, aku tadi mempunyai tugas dari
ibu, yah maklumlah inikan lagi libur sekolah.”
“Maukah kamu menemaniku, aku hanya
seminggu disini. Aku disini hanya sedang
berlibur dirumah paman dan bibiku.” pinta Vira kepadaku.
“Waah asyik tuh, baiklah aku akan
menemanimu.” kataku sambil tersenyum.
“Ok, kita sekarang mau ke mana?” katanya.
“Bagaimana kalau kita keliling kota ini dengan mengendarai sepeda.”
“Seru juga tuh, tapi aku tidak mempunyai sepeda.”
“Aku punya dua, ayo ke rumahku”.
“Ok, kita sekarang mau ke mana?” katanya.
“Bagaimana kalau kita keliling kota ini dengan mengendarai sepeda.”
“Seru juga tuh, tapi aku tidak mempunyai sepeda.”
“Aku punya dua, ayo ke rumahku”.
Kami berjalan ke
rumahku sambil bercanda, aku merasa dia mirip dengan Feby. Keceriannya
membuatku dapat ceria kembali. Aku kembali mengenang masa laluku bersama Feby.
Aku tidak bisa terlepas dari kenangan itu, walaupun itu sudah berlalu. Tapi,
itu sangat berarti bagiku ketika aku bersama Feby.
Sesampainnya
dirumah aku langsung ke garasi di samping rumahku untuk mengambil sepeda.
Sepeda itu sudah lama aku tidak pakai. Sebelum memakainya, aku membersihkan
sepeda tersebut karena sudah banyak debu yang melekat. Setelah itu aku
mengajaknya,
“Vir… ayo lekas
ke sini, sepedanya sudah siap!!” sambil mengusap keringat yang bercucuran.
Kami
langsung keluar kompleks dan menuju tempat-tempat menarik di kota ini. Kami
menikmati perjalanan kami ini, aku tertawa bersama sambil menaiki sepeda
mengelilingi kota.
*****
Seminggu telah berlalu, hari
ini Vira akan kembali ke Jakarta. Aku pergi ke rumahnya, jaraknya sekitar dua
blok dari rumahku. Aku melihat dia akan naik ke mobil. Aku langsung berteriak.
“Vir.. tunggu”,
teriakku.
Dia mengurungkan niatnya naik ke mobil
dan menuju ke arahku, tak ku sangka ia langsung memeluk aku dengan erat sambil
meneteskan air mata.
“Vir,
kenapa nangis? Kita kan bisa ketemu lagi.
“Aku sangat berterima kasih kepadamu,
karena kamu telah memberi pengalaman yang baru kepadaku.”
“Nih.. kamu pakai terus yah agar kamu
bisa selalu ingat aku.” Sambil memberikan gelang yang aku buat sendiri.
“Iya aku akan selalu memakai ini kok.”
“Kalau begitu, cepat sana naik ke
mobil.” katanya sambil tersenyum.
“Baiklah, liburan sekolah semester depan
aku tunggu kamu di tempat kita pertama bertemu yah?” Sambil menuju ke mobil.
“Ok, aku janji.”
Mobil yang ia pakai
mulai berjalan meninggalkanku, aku melambaikan tangan kearahnya. Setelah itu
mobil telah jauh dan tak terlihat lagi. Aku kembali berjalan pulang ke rumah
sambil mengenang semua yang terjadi bersama Vira. Sunguh masa-masa yang menyenangkan saat bersamanya. Aku sangat
berterimakasih kepadamu Tuhan karena telah memberiku teman baru yang baik hati.
-Selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar